Guruku BK yang Tegas tapi Penyayang
Nama lengkapnya adalah Siti Masithoh. Dia tinggal di Poncowarno tepatnya RT 001/RW 003 Kebumen. Masithoh lahir di Kebumen, 28 April 1968. Jadi dia sekarang umurnya 49 tahun dan hampir kepala 5. Ia sudah berumah tangga dan dikaruniani 2 orang anak. Mereka bernama Rizki Amelia Farida dan Akhmad Alvin Mubarok. Suami Masithoh bernama Fariz Wadzi yang berasal dari Desa Pejagatan, Kecamatan Kutowinangun.
Pendidikannya dimulai dari Sd Poncowarno, SMPN Kutowinangun, dan SMAN II Tegal. Setelah itu melanjutkan ke Yogyakarta di UAD (Universitas Ahmad Dahlan) yang dulunya IKIP Muhammadiyah Yogyakarta. Dia mengambil D III jurusan BK. Tahun 1993 lulus dan langsung mendaftar menjadi GTT di SMP Negeri Poncowarno yang dulunya masih wilayah Kecamatan Alian. Menjadi GTT di SMP Negeri Poncowarno sampai tahun 2004. Akan tetapi, pada tahun 1998, Masithoh transfer atau melanjutkan kuliah di IKIP PGRI Yogyakarta mengambil SI BK dan selesai tahun 2000.
Kesibukannya tidak hanya mengajar tetapi aktif di kegiatan Pramuka dan PMR. Masithoh juga diberi kepercayaan oleh Kepala Sekolah mulai tahun 1993 menjadi Pembina OSIS di SMP Negeri Poncowarno.
Dari tahun 1993 s.d. 2004 tidak pernah ada perekrutan CPNS untuk Mata pelajaran BK/BP. Jadi kalau dihitung genap 11 tahun Masithoh menjalani sebagai GTT (Guru Tidak Tetap) di SMP Negeri Poncowarno, yang berada di desa kecil Kecamatan Poncowarno yang kala itu belum menjadi kota kecamatan. “Ya .... memang lama saya jadi guru GTT, lha gak pernah ada perekrutan CPNS untuk mata pelajaran BP/BK, mau apa lagi.” Cerita Masithoh sambil tersenyum hambar mengenang waktu itu.
Tepat tahun 2004 ada lowongan CPNS besar-besarnya untuk semua mata pelajaran termasuk BP/BK. Masithoh memilih untuk daftar di lingkungan Depag (Departemen Agama). Akhirnya lolos menjadi CPNS dengan TMT tahun 2005. “Waktu itu tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Antara senang, bangga, dan haru, semua jadi satu.” “ Saya itu malah gak tahu kalau diterima di Depag, saya yang ngasih tahu malah teman ketika bertemu di jalan.” Jelasnya dengan terbata-bata tak kuat menahan haru.
Tidak hanya itu SK penempatannya di MTs Negeri Triwarno Kutowinangun. Jadi mulai tahun 2005, Masithoh menjadi guru di madrasah tersebut. masithoh menjadi guru BP/BK di MTs Negeri Triwarno Kutowinangun dari tahun 2005 s.d. sekarang tahun 2017. Tidak ada perbedaan ketika berada di SMPN Poncowarno dengan di di MTs Negeri Triwarno Kutowinangun. Dia sama-sama aktif di segala kegiatan yang ada hubungannya dengan fisik. Tugas menjadi Pembina OSIS, Pramuka, dan Pasukan Tonti (Pasukan Peleton Inti) merupakan tugas tambahan dari Kepala MTs Negeri Triwarno Kutowinangun yang harus dijalani dengan penuh tanggung jawab. Kegiatananya yang seabrek itu tidak menyulitkan Masithoh untuk bersosialisasi dengan guru-guru yang lain.
Masithoh termasuk guru yang tegas. Karena ketegasannya, dia dipercaya menjadi Koordinator Ketertiban dan sering mendapat julukan guru galak.jadi setiap pagi selalu berada di pintu gerbang madrasah untuk mengamati dan menegur siswa yang tidak mentaati tata tertib madrasah. tata tertib itu antara lain; seragam, sepatu, rambut, ikat pinggang dsb. Apabila mendapati siswa yang tidak mentaati peraturan tersebut, langsung menegur untuk diberi peringatan. Apabila berkali-kali melanggar peraturan, siswa itu diberi sanksi gingga dipanggil orang tua/wali. Memang Masithoh terkenal galak tetapi dibalik sifat tersebut rasa kasih sayang yang mendalam terhadap anak didiknya. Siswa itu diibatkan anaknya sendiri yang harus diperhatikan dan disayangi sepenuh hati. “Inilah calon-calon penerus bangsa yang akan mengganti saya nanti” sambil menepuk-nepuk pewawancara.
(Ditulis oleh Tim Jurnalistik MTs Negeri Triwarno Kutowinangun, Filbert Haldist, Fadil Apta R.P., Ahmad Baihaqi, Affan Abdillah, Irfan Arsyad Firdaus) Hasil Pelatihan Jurnalistik menulis Feature